"YANG PENTING YANG TERLUPAKAN"


Created At : 2017-10-20 00:00:00 Oleh : ARIF BUDI WIBOWO - PENGAWAS PERIKANAN Berita Terkait Tugas dan Fungsi Dibaca : 604

Pergeseran preferensi masyarakat dari daging merah “red meats” kepada daging putih “white meats” menjadikan permintaan akan daging putih mengalami kecenderung peningkatan dari hari ke hari. Daging merah merupakan istilah yang merujuk pada daging yang berwarna kemerahan dan berasal dari ternak besar seperti sapi, kambing, domba, dan kuda. Sedangkan daging putih merujuk pada daging yang berwarna putih. Daging putih berasal dari ternak kecil seperti halnya unggas, ikan, dan sebagian reptil. Pergesaran preferensi masyarakat ini membawa “efek domino” yang sangat luas. Salah satunya adalah peningkatan permintaan daging putih asal ikan. Peningkatan permintaan ini terlihat dengan semakin maraknya perdagangan produk asal ikan ini, baik dalam bentuk olahan maupun dalam bentuk ikan segar. Di pasar tradisional, ritel modern dan bahkan perdagangan online tidak pernah sepi pembeli. Jenis ikan yang ditawarkan pun semakin beragam, baik itu dari perikanan budidaya maupun perikanan tangkap. Pemenuhan permintaan akan daging asal ikan sampai saat ini sebagian besar di-supply dari perikanan tangkap. Akan tetapi dengan semakin majunya teknologi penangkapan ikan dan semakin maraknya illegal fishing, kekhawatiran akan tidak terpenuhinya permintaan ikan dari sektor perikanan tangkap pun muncul. Kekhawatiran tersebut cukup beralasan. Disaat laju tangkap melampaui laju recruitment, produksi akan secara otomatis akan menurun dan dampak terburuknya adalah stagnasi industri perikanan tangkap. Disaat perikanan tangkap sudah tidak bisa lagi memenuhi permintaan, tumpuhannya akan beralih ke perikanan budidaya.

Kenapa perikanan budidaya?, seperti tersebut dalam Undang – undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang – undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan, bahwa Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Didalam perikanan budidaya, faktor pembatas produksi bisa diminimalisir sehingga target perencanaan produksi akan lebih mudah dicapai. Tidak seperti pada perikanan tangkap yang faktor pembatasnya tidak bisa kita kontrol sepenuhnya.Selain itu jenis, umur, dan ukuran dari komoditas yang dingginkan lebih mudah diperoleh. Pada saat sekarang ini perkembangan teknologi budidaya tidak sebatas budidaya perikanan tawar saja akan tetapi sudah menyentuh pada perikanan payau bahkan perikanan laut. 

Budidaya perikanan secara garis besar terbagi kedalam dua kegiatan besar yakni pembenihan dan pembesaran. Seperti kita ketahui bersama bahwa kegiatan pembenihan merupakan kunci dari keberhasilan usaha perikanan budidaya selanjutnya. Akan tetapi sayangnya dalam kegiatan pembenihan, ada komponen yang terpenting yang oleh sebagian besar pembudidaya/pembenih sering terlupakan yakni pengelolaan indukan. Dalam pengelolaan indukan sebagian besar pembudidaya/pembenih masih ala kadarnya, penggunaan indukan yang tidak jelas garis keturunannya, kebutuhan nutrisi standar induk tidak dipenuhi, pengenalan serta rekaman karakteristik dan produkstifitas indukan yang digunakan belum sepenuhnya dilakukan. Sehingga masih ditemukkan kelangkaan benih disaat permintaan banyak dengan alasan tidak ada indukkan yang siap untuk dipijahkan. Kondisi ini tentunya menjadi kontradiksi bagi perkembangan usaha perikanan budidaya. Terkecuali bagi indukkan yang memijah hanya pada musim – musim tertentu.

Kondisi tidak ada induk yang siap pijah, tentunya tidak boleh terjadi dalam usaha pembenihan. Pengelolaan Induk yang baik dan benar menjadi jawabannya. Pengelolaan induk dimulai dari pembangunan sistem perkolaman tempat pemeliharaan induk yang menjamin pertumbuhan gonad dapat berjalan dengan baik, menjamin kesehatan induk yang dipelihara, dan mudah dalam hal pengawasan serta pengelolaannya. Sistem perkolaman induk menjamin tidak terjadinya difisit energi untuk pertumbuhan /kematangan gonad. Pemilihan induk unggul dan bermutu menjadi langkah selanjutnya. Didalam pemilihan induk ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian, diantara adalah induk harus jelas asal – usulnya (dari informasi  asal usul, kita dapat mengetahui tentang karakter dan tingkah laku induk), melakukan seleksi dengan memenuhi kaidah genetik (meminimalisir perkawinan sedarah). Hal lain yang juga tidak kalah penting adalah bentuk tubuh induk. Bentuk tubuh haruslah proposional dan tidak cacat, serta kondisinya terbebas dari hama dan penyakit. Komponen yang terpenting didalam pengelolaan induk yang sebagian besar pembudidaya melupakannya adalah kebutuhan nutrisi bagi calon induk/induk. Calon induk/Induk memperlukan nutrisi yang cukup untuk pembentukan dan pematangan gonadnya. Tanpa nutrisi yang cukup, akan terjadi apa yang dinamakan “difisit energi” pembentukan dan pematangan gonad didalam tubuh. Energi dari asupan pakan (nutrisi yang tidak mencukupi) oleh ikan akan dimanfaatkan hanya untuk metabolisme dasar seperti pencernaan, bergerak, dan mempertahankan diri dari faktor eksternal lingkungan sekitar. Berdasarkan rujukkan dari berbagi referensi, calon induk/induk paling tidak harus diberi pakan dengan kadar protein lebih dari 40%. Setelah sistem perkolaman induk sudah mendukung kebutuhan dasar calon induk/induk, Induk yang digunakan sudah merupakan induk unggul,dan kebutuhan nutrisi tercukupi, sentuhan terakhir dalam pengelolaan induk adalah perekaman data umur induk, masa reproduksi, pertama kali dipijahkan sampai usia produktif induk yang digunakan. Pengelolaan induk yang baik dan benar merupakan “pintu” pertama keberhasilan usaha perikanan budidaya secara luas. “GUNAKAN INDUK BERMUTU DOKUPUN LUMINTU”. ( Arif Budi W – Pengawas Perikanan Dispeterikan Kab Magelang).

GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara