MERUBAH LIMBAH JADI RUPIAH


Created At : 2017-11-03 00:00:00 Oleh : ARIF BUDI WIBOWO, S.Pi, M.Si Berita Terkait Tugas dan Fungsi Dibaca : 1458



    Perikanan budidaya pada masa mendatang akan menjadi tumpuhan masyarakat dalam hal pemenuhan akan ikan. Hal ini didasari oleh adanya kondisi kontraproduktif di sektor perikanan tangkap. Dengan semakin majunya teknologi penangkapan ikan, akan semakin effektif dalam memperoleh hasil tangkapan. Disisi lain tekanan terhadap kondisi “stock” semakin bertambah. Degradasi lingkungan yang disebabkan semakin meningkatnya pencemaran, global warming, dan pengembangan pemukiman serta industri, berpotensi mengganggu dan mengurangi kesempatan sumberdaya perikanan untuk memulihkan jumlah populasinya. Selain itu  over fishing, yakni kondisi lebih tangkap melebihi jumlah maksimum stock untuk dapat  pulih kembali secara alami (sustainable), yang tentunya juga mengakibatkan penurunan kemampuan stock untuk pulih kembali. Kondisi laju tangkap melebihi laju pulih /recruitmnet, lebih mungkin terjadi dengan adanya peningkatan permintaan akan ikan.

     Dan semakin berkembangnya teknologi dibidang budidaya perikanan, semakin memperbesar keyakinan bahwa perikanan budidaya akan menjadi yang terdepan. Di dalam Undang – undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan Undang – undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan disebutkan bahwa pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya. Dari pengertian tentang pembudidayaan ikan tersebut terdapat kata kunci yang dapat kita jadikan pedoman bahwa bidang perikanan budidaya bisa menjadi garda terdepan dalam pemenuhan permintaan akan ikan masyarakat, yakni budidaya perikanan merupakan kegiatan membiakkan dan membesarkan ikan dalam lingkungan terkontrol.

Faktor pembatas pengembangbiakkan ikan dalam lingkungan budidaya lebih mudah terkontrol apabila dibandingkan dengan perikanan tangkap yang faktor pembatasnya lebih variatif dan luas. Dalam perikanan budidaya, target produksi yang diharap akan lebih mungkin dicapai apabila dibandingkan dengan perikanan tangkap. Salah satu yang menjadi entry point keberhasilan perikanan budidaya adalah pakan awal bagi benih ikan. Terkait dengan pakan awal bagi benih ikan, pada perikanan budidaya laut maupun payau sudah berkembang dengan baik dan sudah tidak tergantung dengan ketersediaan di alam, tetapi tidak bagi budidaya perikanan tawar. Sampai saat ini masih mencari formula jenis pakan yang tepat dari sisi teknis maupun ekonomis dan lepas dari ketergantungan dengan alam. 

Pilihan yang tepat sesuai dengan persyaratan teknis dan ekonomis adalah budidaya cacing sutra. Dengan budidaya cacing sutra, ketergantungan dengan alam bisa kita hindari, sinkronisasi ketepatan jumlah dan waktu sesuai dengan ritme produksi juga dapat dilakukan dengan mudah. Sehingga sudah tidak lagi ada alasan tidak dapat berproduksi dikarenakan tidak ada cacing sutra (sebagai pakan awal benih). Secara teknis, budidaya cacing sutra tidak membutuhkan investasi yang mahal. Sarana produksi utama yang diperlukan hanya berupa lahan, media tumbuh, dan pakan. Secara garis besar proses budidaya cacing sutra dimulai dari persiapan lahan. Lahan yang digunakan dapat berupa lahan sawah, bagi yang menggunakan sistem budidaya kolam sawah, maupun lahan pekarangan, bagi yang memilih sistem budidaya menggunakan metoda rak. Langkah selanjutnya adalah pembuatan media tubuh. Media yang dibutuhkan cacing sutra untuk tumbuh dan berkembang baik adalah media organik campuran antara lumpur dan kotoran hewan (kohe), bekatul,ampas tahu, dan probiotik. Untuk kohe yang baik digunakan sebagai sumber bahan organik berasal dari limbah peternakan ayam petelur maupun burung puyuh. Setelah melalui proses fermentasi, media siap ditebari benih cacing sutra sebagai “stater”. Langkah terakhir, wadah budidaya dialiri air dengan arus lambat. Untuk pengelolaan harian wadah budidaya dapat dialiri limbah organik (limbah cair industri pembuatan tahu) dan secara reguler diberi pakan berupa ampas tahu.



 







Gambar 1. Lahan Budidaya Cacing Sutra                                                                     Gambar 2. Cacing Sutra Siap Jual

Sebagai illustrasi sisi ekonomi budidaya cacing sutra, dengan luas lahan sekitar 2000 m2, setelah satu bulan pemeliharaan, cacing sutra dapat dipanen setiap hari dengan hasil panen sebanyak 4 galon. Dengan tingkat harga sebesar Rp. 80.000,- per galon, sehingga setiap kali panen akan mendapatkan pendapatan sebesar Rp. 320.000,-. Dan kalau kita asumsikan dalam satu bulan ada 25 kali masa panen, pendapatan yang dapat diperoleh sebesar Rp. 8.000.000,-Melihat angka – angka tersebut diatas, budidaya cacing sutra dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan alternatif masyarakat. Dengan pola pikir KREATIF dan INOVATIF, limbah disekitar kita, dapat kita rubah menjadi rupiah. Selain itu dengan budidaya cacing sutra, paling tidak kita dapat mengurangi limbah yang berpotensi mencemari lingkungan. (Arif Budi W – Pengawas Perikanan Dispeterikan Kab Magelang).

 

GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara