TRANFER EMBRI0 TEHNOLOGI PENINGKATAN MUTU GENETIK PADA TERNAK SAPI


Created At : 2021-06-15 00:00:00 Oleh : FARIDASARI, S.Pt Artikel Dibaca : 8233

Menurut  LIPI ( Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ) ada tiga cara  untuk meningkatkan mutu genetik sapi, yakni Inseminasi Buatan (IB), Transfer Embrio (TE) dan Sexing Sperma (Pemisahan sperma) . Transfer Embrio  merupakan generasi kedua bioteknologi reproduksi setelah inseminasi buatan (IB) yang paling sering diterapkan pada ternak sapi. TE pertama kali dikenalkan oleh warga negara Inggris tahun 1890, dan pertama kali dilaporkan pada kelinci. Kemudian, berkembang lagi pada domba pada 1934. Memasuki tahun 1951, TE berkembang dan dilakukan pada sapi, kerbau serta babi. BET (Balai Embrio Ternak) Cipelang sendiri mulai melakukan TE pada 1994.

Transfer Embrio (TE) merupakan suatu teknik memasukkan embrio ke dalam alat reproduksi ternak betina sehat (resepien) dengan alat tertentu dengan tujuan agar ternak bunting.

Program TE melalui beberapa tahapan, yaitu pemilihan sapi donor dan resipien, sinkronisasi birahi, superovulasi, inseminasi, koleksi embrio, penanganan dan evaluasi embrio, transfer embrio ke resipien sampai pada pemeriksaan kebuntingan dan kelahiran.

TE memiliki kelebihan dibandingkan IB. Hanya diperlukan waktu satu generasi (9 bulan) untuk menghasilkan bibit murni (pure breed) lewat TE. Inseminasi buatan atau IB  merupakan upaya meningkatkan mutu sapi dengan memanfaatkan potensi sapi pejantan unggul. TE memiliki manfaat ganda karena selain dapat diperoleh keturunan sifat dari kedua tetuanya juga dapat memperpendek interval generasi sehingga perbaikan mutu genetik ternak lebih cepat diperoleh.

Sejak tahun 2018  Kabupaten Magelang sudah melaksanakan program transfer embrio, embrio yang lahir 2 ekor yaitu 1 Limousin betina di Kecamatan Candimulyo  dan 1 Simental jantan di Kecamatan Candimulyo , dan pada tahun 2019 embrio yang lahir adalah PFH jantan di kecamatan Ngablak. Pada tahun 2021 mendapat alokasi embrio 5 dosis yang terdiri embrio simental 3 dosis,  embrio  PO 1 dosis dan embrio Angus 1 dosis. Pada tahu 2021 ini pelaksanaan TE dilapangan telah disiapkan oleh  inseminator dalam hal pemilihan calon resipien, inseminator tinggal mengajukan sapi  dilokasinya yang siap dijadikan calon resipien TE dan aplikasinya akan dilaksanakan oleh petugas Transfer Embrio Kabupaten. Sampai bulan Juni ini sudah melaksanakan 3 kali di 3 lokasi calon resipien. Adapun syarat- syarat resipien antara lain merupakan sapi dara/ pernah melahirkan 1 kali,bobot minimal 300 kg, BSC antara 2,5 sd 3, memiliki siklus birahi yang normal 7 -21 hari,tidak pernah mengalami kegagalan reproduksi ( partus,aborsi) tidak mengindap penyakit menular terutama penyakit reproduksi

Keberhasilan dari  Transfer Embrio antara lain  tergantung dari kualitas embrio, sapi resipien,  dan teknik transfer yang digunakan. Proses produksi embrio sendiri ada 2 cara yaitu In vivo merupakan kegiatan proses produksi embrio yang terdapat dalam uterus sapi betina donor dengan menggunakan media tertentu, kemudian memindahkan embrio pada sapi betina lain (resipien) atau bisa juga dibekukan.Sedang  In vitro yang merupakan fertilisasi antara spermatozoa dengan ovum dalam laboratorium, dengan menggunakan alat seperti cawan petri yang diinkubasi pada alat inkubator CO2.

Keuntungan dari aplikasi TE ini yaitu apabila ternak sapi yang di TE  sampai bunting dan melahirkan, maka pedet yang dihasilkan murni 100% adalah dari bangsa sapi unggul hasil TE, baik dari bangsa Simental, Limousine,PO,PFH dan Angus. Apabila yang dilahirkan jantan, maka dapat dipelihara dan dibesarkan sebagai pejantan unggul .Apabila yang dilahirkan betina, dapat dijadikan indukan yang unggul, artinya bila disuntikkan dengan straw IB yang sesuai maka anaknya murni 100% bangsa sapi unggul (Simental, Limousine PO, PFH maupun Angus)- Faridasari, Wasbitnak_

 

 

GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara